'Marraga' Permainan Tradisional Masyarakat Bugis Makassar

Itusaya.com merupakan media independen yang dikelola secara mandiri dengan menyajikan berbagai keindahan dan keunikan yang ada di alam semesta.

www.itusaya.com/Marraga berasal dari kata bugis sedangkan orang makassar, sering menyebut permainan ini dengan akraga (olahraga). Permainan ini termasuk jenis permainan yang memadukan unsur olahraga dan seni. Permainan ini memerlukan kecekatan,ketangkasan dan kelincahan. Konon katanya permainan ini berasal dari Malaka yang hanya dimainkan oleh para bangsawan Bugis pada saat diadakan upacara-upacara resmo kerajaan seperti,pelantikan raja dan perkawinan anggota kerajaan. Versi yang lain menyebutkan bahwa permainan ini berasal dari Pulau Nias (Sumatera Utara).

Dewasa ini marraga bukan hanya dimainkan oleh para bangsawan, tetapi juga oleh orang kebanyakan. Marraga atau mandaga jika dalam bahasa Bugis dikenal dengan nama bermain atau bersepak raga. Penamaan ini berasal dari jenis peralatan permainan yang digunakan yaitu raga. Permainan Marraga adalah salah satu tradisi budaya Bugis Makassar yang populer dan senantiasa ditampilkan dalam acara besar. Permainan ini merupakan cerminan bentuk strata khusus dalam fenomena sosial masyarakat Bugis Makassar.

Adapun istilah raga bersumber dari makna dan fungsi permainan, yaitu siraga-raga artinya saling menghibur. Pada zaman dahulu, seorang pemuda belum bisa menikah jikalau belum mahir bermain raga. Seorang ahli permainan raga merupakan kebanggaan dan dikagumi masyarakat yang berarti turut meningkatkan status sosial seseorang.

Waduh jika saat ini pun berlaku maka kasian bagi anak muda yang bukan hanya harus berusaha banting tulang untuk menggenapi Uang Panaik tetapi harus pula menghabiskan waktu untuk berlati biar mahir dengan permainan ini. Wkwkwk.

Raga yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut halus kemudian dianyam, umumnya berukuran dengan diameter sekitar 15 cm. Bola anyaman rotan ini ditemukan dalam olahraga Takraw.

Tradisi unik ini mungkin satu-satunya permainan khas di dunia yang menampilkan kepiawaian memainkan bola dengan tarian. Pemain biasanya berjumlah 4 sampai 7 orang, memainkan bola rotan secara bergiliran tanpa jatuh ketanah sambil menari-nari dalam berbagai bentuk dan komposisi gerakan. Puncak permainan ini ketika salah satu pemain ditopang naik kepundak masing-masing pemain. Uniknya, bola rotan tetap bisa dimainkan tanpa jatuh ketanah.

Pada mulanya permainan raga hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan Bugis saja, namun didalam perkembangannya selanjutnya dapat dilakukan oleh masyarakat luas. Ada dua hal yang merupakan unsur pokok permainan raga yaitu Sempek atau sepak dan belo yakni variasi.

Peraturan permainan marraga dapat dikatakan sederhana, yaitu permain (jika menerima raga dari permain lain) harus melambungkan raga tersebut agar jangan sampai terjatuh sebelum dioperkan pada permain lainnya. Cara melambungkan raga adalah dengan menggunakan kaki,tangan,bahu,dada dan anggota tubuh lainnya,tetapi tidak boleh dipegang. Tinggi rendahnya lambungan raga ada yang dapat mencapai 3 meter dari permukaan tanah secara tegak.

Sempak sarring/anrong sempak, ada yang sedikit melampaui kepala atau sepak biasa dan ada yang dibawah pusar (sempak caddi). hal itu tergantung dari keahlian dan keinginan permain.orang yang dianggap mahir (niak sempakna atau niak belona), selain dapat mempertahankan raga agar tidak jatuh ke tanah, juga dapat melambungkan raga sesuai dengan persyaratan permainan (bajiki anring sempakna), yaitu : Pintar mengambikl raga,disiplin dan mampu menghidupkan suasana bermain ( caraddeko anggalle raga), Sepakannya bervariasi dan sulit ditiru oleh pemain lainnya (jai sempak masagalana).

Sebelum permainan dimulai, para pemain berdiri membentuk lingkaran. salah seorang pemain(termahir) memegang raga kemudian melambungkannya.pemain yang posisinya pas dengan jatuhnya raga, maka dia yang harus memulai permainan.Selanjutnya, raga dioperkan pada pemain lain dalam lingkaran tersebut, demikianlah secara bergiliran. sebagai catatan, pemaian tidak boleh memonopoli permainan dan menyerobot kesempatan pemain lain.

Dalam hal ini berlaku asa pemerataan kesempatan bagi para permain untuk menunjukkan keahliannya masing-masing. Pertandingan dianggap selesai jika bola jatuh ke tanah.permain yang menjatuhkannya dapat dikeluarkan sebelum permainan dimulai atau kembali seperti semula.

Nilai yang terkandung dalam permainan marraga adalah kerja sama, kecermatan,demokrasi dan sportivitas. Nilai kerja keras dan kerja sama tercermin dari usaha para permain untuk menjaga dengan berbagai macam cara agar raga tidak jatuh ke tanah. Nilai kecermatan tercermin dari usaha permain untuk melambungkan atau menyepak raga ke sasaran yang dituju,sehingga raga tidak keluar dari arena permainan.

Nilai demokrasi tercermin dari tidak adanya pemonopolian atau penyerobotan kesempatan pemain lain. Jadi,para pemain diberi kesempatan untuk menunjukkan keahliannya. dan nilai sportivitas tercermin dari pemain yang dengan lapang dada keluar arena karena menjatuhkan raga ke tanah.

IS Media menggunakan cookie untuk menawarkan dan memastikan pengalaman menjelajah yang lebih baik. Selengkapnya!