www.itusaya.com/Wisata Air Kolam Tilanga terletak diantara Makale dan Rantepao , Tanah Toraja. Wisataini berada di kecamatan Makale Utara adalah sebuah tempat pemandian dengan air alam yang terasa dingin dan memberikan kesejukan. Air kolam yang berwarna kehijauan memiliki kejernihan yang luar biasa hingga teman-teman dapat melihat ke dasar kolam.
Kolam ini memiliki luas sekitar 15 x 25 meter melingkari bebatuan dan pepohonan dengan kedalaman sekitar tiga hingga lima meter di bagian tertentu. Ada pula kolam yang dangkal biasanya untuk digunakan oleh anak-anak. Untuk orang dewasa, ada juga kolam terdalam dan biasanya digunakan jika hendak melompat dari tebing. Bentuknya cerukan pada cadas meski tidak beraturan. Sebagian kolam didominasi batu alam yang langsung menyambung dengan dinding batu di sekelilingnya.
Di kolam ini, teman-teman diperbolehkan untuk mandi sepuasnya. Namun dikolam ini teman-teman tidak diperbolehkan untuk memakai sabun atau shampo dan sejenisnya. Hal ini disebabkan karena di dalam kolam ini terdapat ekosistem berupa belut bertelinga atau sering diistilahkan Massapi dalam bahasa bugis. Belum ini terkadang keluar dari celah bebatuan dibawah kolam namun tak ada yang dapat memastikan tempat tinggal dari belut ini.
Belut ini terkadang keluar dengan sendirinya dan ikut berenang bersama pengunjung. Akan tetapi terkadang pula menghilang dan tidak keluar-keluar. Akan tetapi ada satu cara yang bisa dilakukan untuk bisa memanggil belut ini keluar dari sarangnya. Yakni dengan menjentik-jentikkan jari ke dalam air dengan berbekal telur bebek rebus matang namun hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak kecil.
Makanya jangan heran jika berkunjung ke kolam ini dan menemukan cangkang telur disekitaran kolam. Di kolam ini tidak hanya dihuni oleh satu jenis belut, namun terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berwarna hitam dan adapula yang belang-belang putih menyeruapai warna tedong bonga atau seperti halnya kerbau belang.
Masyarakat sekitar juga percaya bahwa di dalam kolam ini juga hidup seekor raja belut yang kerap muncul ditengah malam untuk membersihkan kolam dari dedaunan yang berguguran dari pohon-pohon di sekeliling kolam sehingga disetiap pagi hari kolam ini akan kembali bersih.
Konon katanya, pernah ada yang mencoba memancing belut ini, namun beberapa hari kemudian si pemancing meninggal tanpa diketahui penyababnya. Mungkin ini hanya sebatas mitos yang bisa dipercaya pun sebaliknya bergantung kepercayaan dari teman-teman tapi ingat semua yang terjadi karena atas kehendak Sang Maha Pencipta.
Di luar dari berbagai legenda yang menyebar di masyarakat, pemandian ini memiliki pesona yang menawan apalagi dengan airnya yang sangat sejuk dan pastinya akan membuat teman-teman tidak bisa menolak untuk mencicipi kesegarannya. Rimbunnya pepohonan di sekitar kolam dan suara daun bambu yang bergesekan ditiup angin membuat teman-teman akan semakin betah berada disini.
Bagi teman-teman yang penasaran bisa langsung mencoba. Namun tetap harus berhati-hati karena terdapat bagian kolam yang sangat dalam dan sulit untuk disentuh dasarnya. Soal biaya masuk tak perlu khawatir karena secangkir kopi dari warung tetangga sudah lebih dari cukup untuk menikmati kesegaran dan kesejukan air kolam ini.
Kolam ini memiliki luas sekitar 15 x 25 meter melingkari bebatuan dan pepohonan dengan kedalaman sekitar tiga hingga lima meter di bagian tertentu. Ada pula kolam yang dangkal biasanya untuk digunakan oleh anak-anak. Untuk orang dewasa, ada juga kolam terdalam dan biasanya digunakan jika hendak melompat dari tebing. Bentuknya cerukan pada cadas meski tidak beraturan. Sebagian kolam didominasi batu alam yang langsung menyambung dengan dinding batu di sekelilingnya.
Di kolam ini, teman-teman diperbolehkan untuk mandi sepuasnya. Namun dikolam ini teman-teman tidak diperbolehkan untuk memakai sabun atau shampo dan sejenisnya. Hal ini disebabkan karena di dalam kolam ini terdapat ekosistem berupa belut bertelinga atau sering diistilahkan Massapi dalam bahasa bugis. Belum ini terkadang keluar dari celah bebatuan dibawah kolam namun tak ada yang dapat memastikan tempat tinggal dari belut ini.
Belut ini terkadang keluar dengan sendirinya dan ikut berenang bersama pengunjung. Akan tetapi terkadang pula menghilang dan tidak keluar-keluar. Akan tetapi ada satu cara yang bisa dilakukan untuk bisa memanggil belut ini keluar dari sarangnya. Yakni dengan menjentik-jentikkan jari ke dalam air dengan berbekal telur bebek rebus matang namun hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak kecil.
Makanya jangan heran jika berkunjung ke kolam ini dan menemukan cangkang telur disekitaran kolam. Di kolam ini tidak hanya dihuni oleh satu jenis belut, namun terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berwarna hitam dan adapula yang belang-belang putih menyeruapai warna tedong bonga atau seperti halnya kerbau belang.
Masyarakat sekitar juga percaya bahwa di dalam kolam ini juga hidup seekor raja belut yang kerap muncul ditengah malam untuk membersihkan kolam dari dedaunan yang berguguran dari pohon-pohon di sekeliling kolam sehingga disetiap pagi hari kolam ini akan kembali bersih.
Konon katanya, pernah ada yang mencoba memancing belut ini, namun beberapa hari kemudian si pemancing meninggal tanpa diketahui penyababnya. Mungkin ini hanya sebatas mitos yang bisa dipercaya pun sebaliknya bergantung kepercayaan dari teman-teman tapi ingat semua yang terjadi karena atas kehendak Sang Maha Pencipta.
Di luar dari berbagai legenda yang menyebar di masyarakat, pemandian ini memiliki pesona yang menawan apalagi dengan airnya yang sangat sejuk dan pastinya akan membuat teman-teman tidak bisa menolak untuk mencicipi kesegarannya. Rimbunnya pepohonan di sekitar kolam dan suara daun bambu yang bergesekan ditiup angin membuat teman-teman akan semakin betah berada disini.
Bagi teman-teman yang penasaran bisa langsung mencoba. Namun tetap harus berhati-hati karena terdapat bagian kolam yang sangat dalam dan sulit untuk disentuh dasarnya. Soal biaya masuk tak perlu khawatir karena secangkir kopi dari warung tetangga sudah lebih dari cukup untuk menikmati kesegaran dan kesejukan air kolam ini.