Untuk sampai ke kota ini, teman-teman membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam dengan jarak berkisar 150 kilometer dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kota ini hanya bisa diakses melalui jalur darat, maklum belum punya bandara. Sempat sih tersebar isu akan adanya pembangunan bandara di bagian timur kota ini, namun hingga saat ini belum kunjung terealisasi. Makanya, untuk saat ini cukup lewan darat dulu yah. Jika perjalan darat teman-teman akan melalui beberapa kabupaten diantaranya, Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bantaeng. Ada banyak jenis angkutan yang bisa mengantar teman-teman sampai kota ini. Bisa dengan menggunakan mobil angkutan umum berupa Panter (mobil angkutan lintas kabupaten) bisa pula menggunakan mobil bus. Apalagi jika menggunakan kendaraan pribadi, wah lebih keren lagi.
Setelah sampai di kota ini, teman-teman akan di sambut dengan sebuah bangunan mesjid super mewah nan megah dengan ornamen yang sangat mengagumkan. Pastinya, teman-teman akan kagum melihat keindahan mesjid yang satu ini, baik dari luar maupun bagian dalamnya penuh dengan keindahan. Jika teman-teman masuk melalui pintu utama, akan menemukan tangga yang membawa teman-teman masuk kedalam mesjid.
Sebelah bagian kanan dan kiri sengaja dibuat jendela terbuka yang akan membuat teman-teman merasa nyaman karena hembusan angin yang semakin membuat suasana dalam mesjid ini terasa adem dan sejuk. Selain itu, Bagian atas mesjid terpasang plafon dengan ornamen-ornamen indah, didalamnya memuat tulisan kaligrafi yang sangat menawan.
Perpaduan warna yang ada di mesjid ini sangat sesuai, jika boleh diibaratkan seperti Julied dan Romeo, pokoknya keren banget deh. Perpaduan warna antara fisik bangunan, kubah, dan dinding eksterior masjid juga sangat serasi. Sehingga masjid ini dari kejauhan sudah terlihat sangat megah dan indah. Jika anda melihat bagian dinding luar masjid ini dicat dengan warna putih, krem, dan biru dongker. Sementara untuk kubah kecil yang dibangun dipuncak menara diberi warna biru muda yang menyesuaikan dengan warna kubah utama.
Dinding masjid bagian luar dilengkapi dengan hiasan ukiran batik yang mencolok dan sangat khas. Bukan cuman fisik mesjid yang keren, tapi bagian halaman pun ditata secantik mungkin dengan deretan lapak kopi disebelah kanan, berjualan berbagai jenis minuman dan makanan, bagian depan dibuat tugu menyerupai bentuk al-Qur,an terbuka dengan berisi ajakan untuk membaca, dan bagian kiri dilengkapi dengan beberapa gasebo sebagai tempat nongkrong sambil menikmati dan merasakan indah nan megahnya mesjid ini.
Konon katanya, mesjid ini mulai dirintis saat pemerintahan Patabai Pabokori sekitar tahun 2000-an yang kemudian sempat terhenti ditangan Andi Sukri Sappewali, dan dilanjutkan kembali di masa pemerintahan H. Zainuddin Hasan. Jadi boleh dikatakan mesjid ini dibangun lintas bupati, makanya jangan heran jika hasilnya sungguh mengagumkan.
Berbeda halnya soal penamaan, mesjid ini diambil dari nama seorang ulama besar penyebar islam pertama dibagian selatan Sulawesi Selatan yaitu Datok Tiro. Dato Tiro menyebarkan Islam dengan cara menekankan pelajaran Tasawwuf kepada rakyat sesuai dengan keinginan masyarakat yang lebih menyukai hal-hal yang bersifat kebatinan. inilah sekelumit cerita tentang salah satu mesjid megah yang menjadi icon terbaru di Butta Panrita Lopi. Makanya, sangat rugi jika teman-teman tidak menyempatkan waktu untuk singgah sekaligus mengabadikan momen di mesjid ini.
Makanya buruan kesini......