Sebuah situs purbakala ini terletak di Lembanna, Bonto Bahari, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Terletak sekitar 150 kilometer dari pusat kota Makassar. gua ini terletak ditengah kebun warga, sudah tersembunyi karena ditumbuhi semak belukar yang menutupi goa. Uniknya mulut gua terletak pada batang pohon besar yang tumbuh menjulang tinggi ke langit. Gua Passea dalam bahasa lokal berarti “Penderitaan” ini merupakan Gua yang memiliki nilai sejarah yang sangat panjang bagi warga Desa Ara. Gua ini memiliki panjang 59 meter ini bertipe gua horisotal dengan lantai gua yang cukup rata berhiaskan stalagtit dan stalagmit yang masih terus bertumbuh, namun cukup disayangkan karena banyaknya tangan-tangan tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian sehingga banyak yang sudah rusak. Jika berpacuh pada pertumbuhan rata-rata stalagtit 0,13 mm setiap tahunnya maka bisa dipastikan keberadaan gua tersebut sudah ada sejak ratusan ribu tahun yang lalu dengan adanya stalagtit dan stalagmit yang telah menyatu dan membentuk pilar gua yang cukup tinggi dan besar.
Di dalam gua ini terdapat tiga buah peti mati yang terbuat dari kayu, panjang peti mati sekitar 2 meter dan lebar sekitar 0,5 meter dan tergeletak begitu saja di lantai gua dengan kerangka manusia yang sudah cerai berai, sebelumnya Peti mati tersebut jumlahnya puluhan dan tergantung di langit-langit gua, namun gua ini tidak mengalami pengerusakan banyak situs-situs oleh gerombolan DI/TII pada tahun 1960-an. Selain itu, peti mati ini jumlahnya tersisa tiga buah karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab menjualnya kepada kolektor benda-benda prasejarah, dari salah satu situs mengatakan jika peti mati ini di jual kepada warga asing yang berkunjung ke kota ini. Selain itu, kita akan menemukan pecahan gerabah dan penggalian yang tersebar hampir di setiap sudut gua.
Tak kalah menarik lagi, gua ini merupakan benang merah peradaban ribuan tahun yang telah hilang dan terlupakan di selatan Makassar. menurut informasi, terdapat kesamaan yang signifikan antara tata cara pemakaman jenasah dan bentuk peti mati yang ada di Toraja. Kebuadayaan ini menjadi bukti sejarah bahwa dulunya kebudayaan di kota ini dengan di Tanah Toraja sama. Tidak menutup kemungkinan, selain gua ini masih adalah lagi gua-gua yang serupa yang ada di kota ini namun, belum ditemukan dan kemungkinan sudah tertutup secara alami.
Tidak jauh dari Gua ini, terdapat Liang Sabboa yang memiliki masa yang lebih jauh lagi dari Gua passea, menurut informasi, gua ini lebih tua lagi dan diprediksi sudah ada sejak jaman Belanda berusia 15.000 tahun SM.
Wah, tidak disangka yah teman-teman, untuk melihat perkuburan peti tak hanya dapat di temukan di Tanah Toraja tapi di kota pinisi juga punya destinasi yang sama. Meskipun destinasi ini jarang dikunjungi, tapi jangan sampai teman-teman ketinggalan. Kapan lagi bisa lihat budaya Toraja di Tanah Pinisi.